Sosok KH. Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy'ari
yusufmurdani.blogspot.com – Hasyim Asy’ari merupakan salah satu ulama besar dan pendiri ormas Nahdlatul Ulama (NU), beliau sangat disegani oleh ulama-ulama yang ada di Nusantara. Karena kesahajaan dan akhlak beliau yang begitu luhur. Bahkan Kholil (2013: 81) menuturkan bahwa pada saat itu Hasyim Asy’ari menjadi “kiblat” para kiai, yang pada akhirnya berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama. Hasyim Asy’ari lahir 24 Dzul Qaidah 1287 H, atau 14 Februari 1871 M.

Hasyim Asy’ari dan Pendidikan
Dalam sebuah novel yang berjudul “Penakluk Badai: Novel Biografi KH. Hasyim Asy’ari” karya Aguk Irawan, Prof. Dr. KH. Said Aqiel Siradj dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa Hasyim Asy’ari dalam pendidikan merupakan sosok revolusioner dan pembela wong cilik. Hal ini dibuktikan dengan keinginan beliau untuk mendirikan lembaga pendidikan pesantren di tempat yang jauh dari peradaban, karena beliau memiliki pandangan bahwa pendidikan harus banyak diberikan kepada orang yang masih jauh dari peradaban dan kebudayaan adiluhung. Walaupun gagasan ini banyak ditentang oleh para Kiai yang lain, namun Hasyim Asy’ari tetap dalam konsistensi idealisme gagasannya.

Kemudian Hasyim Asy’ari memandang bahwa keberhasilan proses belajar-mengajar tidak lepas dari pendidikan akhlak/ moralitas. Menurut Hasyim Asy’ari, moralitas merupakan fondasi yang utama dalam pembentukan pribadi anak didik yang seutuhnya. Dengan demikian, pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi yang memiliki akhlak yang baik merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab hal ini akan melandasi kestabilan secara keseluruhan (Noor, 2010: 79).

Hemat penulis, mungkin dengan worldview (pandangan) seperti itulah yang melatar belakangi Hasyim Asy’ari menulis sebuah kitab yang sangat fenomenal dan masih menjadi rujukan dalam pendidikan, yaitu kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim. Sebuah kitab yang terdiri dari delapan bab ini jika diklasifikasikan akan menjadi tiga bagian, yaitu: kelebihan ilmu dan ilmuwan, tanggung jawab dan tugas peserta didik, serta tanggung jawab dan tugas pendidik.

Hasyim Asy’ari dan Kegiatan Sosial-Ekonomi
Dikatakan pula oleh Prof. Dr. KH. Said Aqiel Siradj, dalam kata pengantar novel berjudul “Penakluk Badai: Novel Biografi KH. Hasyim Asy’ari” bahwa pembelaan Hasyim Asy’ari terhadap masyarakat pada tingkat “grassroots” tidak hanya dalam dunia pendidikan. Ranah ekonomi juga dirambah oleh Hasyim Asy’ari guna meningkatkan kualitas umat Islam. Pada tahun 1919, ketika booming informasi dan wacana tentang koperasi sebagai bentuk kerjasama ekonomi di tengah-tengah masyarakat, maka Hasyim Asy’ari tampil dengan gagasan briliannya. Beliau bekerja sangat aktif dan produktif untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas perekonomian umat Islam. Pada tahap berikutnya terbentuklah sebuah badan organisasi semacam koperasi yang disebutnya dengan “Syirkatul Inan Li Murabathati Ahli al-Tujjar”. Pada badan inilah umat Islam terpancing untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan memulai hidup baru dengan spirit baru.

Hasyim Asy’ari dan Karya-karyanya
Selain aktif mengajar, berda’wah, dan berjuang, disebutkan pula oleh Kholil dalam bukunya yang berjudul “Kode Etik Guru; Menurut Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Dan Relevansinya Dalam Konteks Pendidikan Sekarang” bahwa Hasyim Asy’ari juga merupakan seorang ulama yang aktif menulis. Karya-karya yang ditulisnya banyak yang merupakan jawaban atas berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. Misalnya, ketika umat Islam banyak yang kurang memahami dengan benar persoalan tauhid atau aqidah, Hasyim Asy’ari lalu menyusun sebuah kitab tentang aqidah, di antaranya; al-Qalaid fi Bayani ma Yajibu min al-‘Aqaid, ar-Risalah al-tauhidiyah, Risalah Ahli Sunnah Wa al-Jama’ah, al-Risalah fi al-Tasawuf, dan sebagainya.

Selain itu Kholil (2013: 89) menyebutkan bahwa Hasyim Asy’ari juga sering menjadi kolumnis, khususnya majalah NU pada masa-masa awal. Biasanya, tulisannya berisi jawaban-jawaban atas masalah-masalah fiqhiyah (hukum Islam) yang ditanyakan oleh masyarakat, seperti hukum memakai dasi pada waktu itu, hukum mengajari tulisan kepada kaum wanita, hukum merokok, dan lain-lain. Selain membahas masalah fiqhiyah, Hasyim Asy’ari juga menuliskan nasehat-nasehat bagi kaum muslimin, seperti al-Maw’idz, do’a-do’a untuk kalangan warga NU, keutamaan bercocok tanam, anjuran menegakkan keadilan, dan sebagainya.

Kholil menyebutkan beberapa karya-karya dari Hasyim Asy’ari dalam bukunya yang berjudul “Kode Etik Guru; Menurut Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Dan Relevansinya Dalam Konteks Pendidikan Sekarang”, di antaranya sebagai berikut:

1.       Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim (kitab tentang etika yang harus dimiliki seorang guru dan murid. Kitab ini merupakan ikhtisar dari Adab al-Mu’allim karya Syekh Muhammad ibn Sahnun (w. 256 H/ 871 M); Ta’lim al-Muta’allim fi Thariq at-Ta’allum karya Syekh Burhanuddin al-Zarnuji (w. 591 H); dan Tadzkirat al-Saml wa al-Mutakallim fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Syekh Ibn Jama’ah. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penulis dengan judul Etika Pendidikan Islam, diterbitkan tahun 2007 oleh penerbit Titian Wacana Press Yogyakarta).
2.       Ziyadatu Ta’liqat (kitab berisi bantahan Hasyim Asy’ari atas pernyataan Syekh Abdullah ibn Yasin Pasuruan yang dianggap mendiskreditkan orang-orang NU).
3.       At-Tanbihat al-Wajibat (kitab berisi penjelasan seputar praktek perayaan Maulid Nabi Saw).
4.       Ar-Risalah al-Jam’iah (kitab berisi ulasan tentang alam kematian, tanda-tanda hari kiamat, dan penjelasan seputar konsep sunnah dan bid’ah).
5.       An-Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin (menjelaskan tentang hakikat mencintai Rasulullah Saw. serta beberapa hal menyangkut konsep itba’ (mengikuti) dan ihya (memelihara) terhadap sunnah-sunnahnya.
6.       Hasyiyatu ‘ala Fath ar-Rahman bi Syarhi Risalati al-Waliy Ruslan li Syaikh al-Islam Zakariya al-Anshori (kitab berisi penjelasan dan catatan-catatan beliau terhadap kitab Risalat al-Waliy Ruslan karya Syekh Zakariya al-Anshori).
7.       Ad-Durrar al-Muntatsirah fi al-Masail at-Tis’a ‘Asyarah (kitab yang mengulas 19 persoalan seputar tarekat dan hal-hal penting menyangkut para pelaku tarekat. Pada tahun 1970-an kitab ini pernah diterjemahkan oleh KH. Tholhah Mansoer atas perintah KH. M. Yusuf Hasyim dan diterbitkan oleh percetakan Menara Kudus).
8.       At-Tibyan fi an-Nahyi ‘an Muqatha’ati al-Arham wa al-Aqaribi wa al-Ikhwan ( kitab yang menjelaskan pentingnya memelihara silaturrahim dan bahaya memutus silaturahim).
9.       Al-Qalaid fi Bayani ma Yajibu min al-‘Aqaid (menjelaskan tentang aqidah-aqidah wajib dalam Islam).
10.   Dhau-ul Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah (kitab tentang tata cara nikah secara syar’i; hukum-hukum, syarat, rukun, dan hak-hak dalam pernikahan).
11.   Arba’in Hadisan Tata’allaq bi Nabadi’ Jam’iyah Nahdhatul Ulama (kitab tentang 40 hadis Nabi terkait dasar-dasar pembentukkan Nahdhatul Ulama).
12.   Mawai’dz (berisi fatwa-fatwa dan nasehat bagi umat Islam).
13.   Risalah fi Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab al-Aimmah al-Arba’ah (kitab yang mejelaskan pentingnya berpedoman kepada imam madzhab).
14.   Muqaddimah al-Qanun al-Asasy li Jam’iyyah Nahdhatul Ulama (tentang prinsip-prinsip dasar atau landasan pokok organisasi Nahdhatul Ulama).

Refleksi

Hasyim Asy’ari telah mencontohkan dirinya sebagai figur yang terjun ke setiap lini kehidupan masyarakat demi mensyiarkan syiar Islam. Dengan pendidikan pesantren beliau ingin menghapus kebodohan, dengan organisasi koperasinya beliau ingin menyejahterahkan umat, dan dengan mengakui kemajemukan sebagai realitas sosial-budaya dan sosial-politik bangsa ini beliau ingin menunjukkan bahwa menjunjung persatuan dan kesatuan adalah ciri-ciri mencintai tanah air, adalah bagian dari keimanan. Inilah nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan Islam.
Dengan didirikannya lembaga pendidikan pesantren oleh hasyim Asy’ari, nampaknya memiliki tujuan yang mulia. Sebagaimana disebutkan oleh Muthohar (2007: 19) bahwa tujuan didirikannya pesantren bukan hanya menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual, tetapi juga membentuk manusia yang beriman, bertaqwa beretika, berestetika, mengikuti perkembangan masyarakat dan budaya, berpengetahuan, berketerampilan sehingga menjadi manusia yang paripurna dan berguna bagi masyarakat.

Melihat pemaparan di atas, rasanya tidak berlebihan jika menyebut Hasyim Asy’ari sebagai ulama sekaligus pejuang yang tangguh, dan beliau pun telah berhasil dalam mengoptimalkan fungsi ideal pesantren. Karena menurut Muthohar dalam bukunya yang berjudul “Ideologi Pendidikan Pesantren“ mengatakan bahwa terdapat tiga fungsi pesantren antara lain: lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan penyiaran agama. Dan Hasyim Asy’ari telah melakukan itu. Berangkat dari ketiga fungsi tersebut pesantren memiliki integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitar dan menjadi rujukan moral bagi kehidupan masyarakat umum. Hal ini menjadikan pesantren sebagai komunitas khusus yang ideal dalam bidang moral keagamaan. Ketiga fungsi tadi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, namun fungsi sebagai lembaga pendidikan menjadi ujung tombak kehidupan pesantren.
Hasyim Asy’ari merupakan salah satu diantara para pahlawan yang telah mengisi panggung sejarah Indonesia ini dengan kerja keras, keringat, air mata dan darahnya. Dedikasi Hasyim Asy’ari untuk Indonesia telah banyak yang diberikan, bahkan dalam sejarahnya beliau pernah bersama-sama dengan para santrinya melawan penjajahan Belanda. Selanjutnya adalah giliran generasi Indonesia sekarang untuk terus berkontribusi untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa depan.


Posting Komentar untuk "Sosok KH. Hasyim Asy’ari"