STRATEGI AWAL PENGEMBANGAN BMT (BAITUL MAAL WAL TAMWIL )

Pendahuluan

Banyak kita baca di media massa BMT (Baitul Maal wa tamwil) yang merugi dan berguguran. Itu selain karena pengurus kurang profesional dan amanah juga karena strategi yang digunakan keliru. Misalnya pembiayaan diberikan untuk pembiayaan konsumtif seperti kredit motor. Padahal harusnya untuk pembiayaan produktif sehingga bagi hasil bisa berjalan dan dinikmati.

 

Tentang BMT

1.     BMT secara badan hukum berbentuk koperasi

2.    Prakteknya BMT di-awasi oleh PINBUK

3.    Dalam AD/ART, sebaiknya kita harus benar-benar membuat batasan tegas agar BMT tsb benar-benar berjalan sesuai dengan Syari’ah

4.    Poin yang sangat rentan adalah masalah bentuk-bentuk dan tatacara peminjaman dan pembiayaan, serta kemana dana yang dipinjamkan tsb digunakan.

 

Strategi

1.    Karena berbentuk koperasi, tentunya modal awal BMT tidaklah besar.

2.    Sebaiknya BMT didirikan disekitar pasar

3.    Langkah awal dengan memberikan pinjaman dengan sistem mudharabah pada pedagang kecil

4.    Sebaiknya BMT diarahkan pada pembiayaan produktif, daripada konsumtifDalam pembiayaan produktif, pihak BMT bisa memberikan pasal, untuk memberi-hak pada BMT untuk ikut campur-tangan dalam proses usaha, agar usaha tadi tidak jatuh.

5.    BMT harus mengeluarkan ekstra effort (upaya ekstra) untuk melakukan pembinaan.

 

Pola Garmen Bank ( Mohammad Yunus )

1.     Memberikan pinjaman tanpa agunan tapi tingkat pengembaliannya tinggi

2.    GB hanya memberikan pinjaman tanpa agunan pada kelompok yang terdiri dari 5 orang

3.    P1 = 2 orang jika lunas => P2 =2 Orang jika lunas => P3 = 1 orang

4.    Setiap peminjam harus menabung sejumlah kecil uang.

 

Contoh :

Contoh Pola Bagi Hasil BMT dengan Pedagang/Pengusaha Pinjaman modal ke tukang sayur 

Penjelasan :

            Pinjaman         Rp 100.000

            Penjualan        = Rp 150.000

            Untung            = Rp. 50.000

            Bagi hasil antara pedagang dengan BMT = 80:20

            = Pedagang = Rp. 40.000 : BMT = Rp.10.000

Pinjaman Rp 100.000 adalah modal yang harus dikembalikan selama 20 hari sebesar Rp             5.000/hari.

 

 

Lanjutan.........

           

Dalam 20 hari penerimaan BMT adalah Rp 15.000 x 20 = Rp 300.000 Meski dalam kurang sebulan BMT mendapat lebih dari 300%, tapi ini bukan rentenir.  Selama belum lunas, Bagi hasil terus berlaku sebelum peminjam dinyatakan default/tak mampu bayar (misalnya setahun). Bagi yang pinjaman macet karena malas/curang tidak akan dapat pinjaman lagi.

 

Ini beda dengan Bank yang meski mungkin lebih kecil, tapi jika tidak dilunasi, untung/rugi, maka pinjamannya akan terus berbunga sehingga seluruh harta bisa disita

 

Saran  

1.    Sebaiknya jangan ada modal yang dominan

2.    Modal bisa saja terdiri dari uang tunai, atau harta lain yang dinilai dengan setara uang, misalnya rumah sebagai kantor senilai  5 juta modal untuk pemakaian selama 10 tahun.

 

Masalah pengelolaan

1.    Dana yang akan diputar berasal dari Modal pendiri, berasal dari simpanan anggota (tabungan), berasal dari syarikah (saham) 

2.    Kerjasama Murabahah: jual beli kredit, dalam hal ini BMT sebagai pihak penjual

3.    Mudharabah: pendanaan, cara ini dengan cara bagi hasil dari usaha, dimana BMT hanya sebagai pihak penyedia dana saja

4.    Musyarakah: BMT dan pengusaha bersekutu dalam menjalankan usaha, termasuk modal dan tenaga manajemen usaha tsb

5.    Ijaroh: Jasa/sewa, yaitu BMT membantu seseorang menyewakan fasilitas, seperti ruko, mobil dll

6.    Qardul hasan: dana sosial yang akan digunakan untuk membantu orang-orang yang kemalangan, ini murni bersifat bantuan, biasanya dana ini terkumpul dari zakat para pengusaha yang berkerjasama dengan BMT, infaq, sadaqoh dll

 

 

Demikian pemaparan strategi awal BMT semoga berkah dan diridhoi

Allah Azza wa Jalla.

Amin

 

 

Posting Komentar untuk "STRATEGI AWAL PENGEMBANGAN BMT (BAITUL MAAL WAL TAMWIL )"