Lobi dan Negosiasi adalah
pendekatan yang paling efektif untuk mempengaruhi
Seseorang atau organisasi
yang memmpunyai kedudukan penting,sehingga dapat memberikan keuntungan untuk
diri sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi.Beberapa hal yang
mempunyai peran penting dalam negosiasi adalah :
Attitude
Attitude atau sikap merupakan
hal pertama yang diperhatikan oleh orang lain. Bagaimana seseorang bersikap
menunjukkan bagaimana kepribadian orang tersebut.
Dalam lobi dan negosiasi,
sikap sangat diperhatikan. Jangan sampai melakukan suatu hal yang tidak
disenangi oleh pihak lawan. Hal ini nantinya akan berdampak pada hasil
kesepakatan. Ketika seseorang sudah melakukan sikap yang buruk di awal maka dia
tidak akan mendapat respect (diacuhkan) dari pihak lawan. Bersikaplah
profesional dalam bidangnya. Contoh kasus :
"Harus menghormati
pihak lawan, seperti dengan cara mendengarkan ketika pihak kedua sedang berbicara,
jangan mengacuhkannya.
Berilah sikap perhatian dan
ketertarikan ketika pihak lawan sedang menjelaskan pemikirannya, hal ini
membuat pihak lawan merasa dihargai dan diperhatikan kepentinganny. Itu berarti telah membuka jalan untuk hasil
kesepakatan yang positif.
Bersikaplah sopan ketika
berbicara, jangan merasa paling hebat dan paling benar agar tidak dibenti pihak
lawan.
Bersikap tenang dan obyektif, jangan mudah
terpengaruh dengan reaksi orang lain. Sikap ini memperlihatkan profesionalitas.
Performa
non verbal
Bentuk pikiran dari
komunikasi non verbal meliputi bahasa badan, gesture/gerakan isyarat, sentuhan,
raut wajah, dan sikap tubuh. Hal ini akan memberikan indikasi-indikasi mengenai
gaya seseorang dalam bernegosiasi.
Bahasa tubuh harus
diperhatikan, tetapi ingatlah bahwa hal ini berbeda di antara
kebudayaan-kebudayaan yang berbeda pula. Bahasa tubuh yang dikira universal
tapi sebenarnya menyampaikan pesan yang berbeda dalam kebudayaan yang lain,
misalnya membuat lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jari serta membuat
tanda “ V “ dengan jari telunjuk dengan jari tengah. Meskipun dalam bahasa
Inggris masing-masing diterima sebagai tanda OK dan kemenangan, keduanya
memiliki makna alternatif yang bisa sangat berlainan dalam kebudayaan lain.
Memperhatikan dan mengetahui
lebih dalam mengenai pihak lawan dapat membantu dalam menentukan performa non
verbal yang dapat digunakan seperti :
Jika
menghadapi orang jawa, maka intonasi bicara harus lebih dihaluskan dan
memberikan senyuman..
Dalam lobi dan negosiasi,
bahasa tubuh yang banyak digunakan antara lain adalah
Menyangkut tangan.
Memberi tanda, mereka sedang
mengevaluasi apa yang sedang dikatakan dengan cara menahan dagu dengan
menggunakan ibu jari dan menggosokkan jari tengah dibibir bawah, dan jari
telunjuk menunjuk kepipinya.
Anggukan kepala.
Gerakan tangan.
Banyak orang menggunakan
gerakan tangan untuk menguatkan pesan mereka, yang paling umum adalah
“perpanjangan” tangan seperti bolpoin, pointer atau bahkan rokok. Dengan
menggunakan ini, jarak yang dipakai oleh tubuh akan lebih panjang dan orang
yang bersangkutan dirasa lebih percaya diri dan memiliki kekuasaan. Ini
memperluas ‘wilayah’ yang bersangkutan
dan mengirim pesan yang agak berbeda daripada berdiri dengan tangan dilipat di
pinggang atau disandarkan dipaha samping.
Gerakan lain seperti Membenahi dasi,
merapikan rambut atau pergelangan tangan melambangkan ‘merapikan diri’. Orang sering menggunakan perilaku ini untuk ’meluluhkan hati’ orang lain, meskipun
bahasa tubuh ini bisa dipersepsikan sebagai tanda grogi atau gugup. Mendekatkan
gelas atau cangkir ke tubuh memberikan mekanisme pertahanan. Mereka secara
efektif menutupi bagian-bagian tubuh yang lebih rawan.
Cara duduk bisa menyampaikan pesan yang
kuat tentang adanya hierarki. Mendekatkan kursi ke meja di seberang orang lain
secara otomatis menempatkan seseorang dalam posisi mengontrol. Menyandarkan
punggung ke sandaran kursi dengan tangan kebelakang dan satu kaki disilangkan
secara horizontal di atas lutut menyampaikan rasa superioritas. Posisi lutut
tertutup atau meringkuk bisa berarti tidak setuju, membela diri atau tidak
berminat.
Anggota badan. Satu lengan rapat ke tubuh dengan siku ditahan tangan
lain.
Seluruh tubuh. Apabila bagian badan atas
dicondongkan ke belakang dari posisi vertikal, orang ini menandakan menjauh
dari sesuatu yang sedang dibicarakan.
Selain itu, sinyal
non-verbal juga disampaikan melalui ekspresi wajah, antara lain :
Alis mata bisa menekankan sinyal secara
dramatis. Alis menyatu ditengah menunjukkan adanya pertanyaan, keraguan atau
perhatian. Kedua alis ditinggikan mengindikasikan terkejut atau takjub dan satu
alis dinaikkan mengindikasikan sinis atau curiga.
Mulut tersungging. Sunggingan dapat
mengartikan kesombombongan atau keacuhan.
Percaya diri
Percaya diri harus
ditunjukkan dalam lobi dan negosiasi. Jika seseorang tidak percaya dengan dirinya
sendiri, bagaimana orang lain dapat percaya dengan orang tersebut?
Untuk mempunyai rasa percaya
tinggi yang baik, seseorang harus mempunyai pengetahuan terlebih dahulu tentang
hal yang akan dibicarakan. Kepercayaan diri yang ditunjukkan dalam lobi dan
negosiasi dapat mempengaruhi pihak lawan untuk mengikuti apa yang disarankan.
Namun jangan juga over percaya diri, hal ini malah akan membuat pihak lawan
tidak senang dan tidak memperdulikan orang tersebut. Percaya diri dapat
ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti :
Kata-kata yang dibicarakan jelas terdengar
serta intonasinya tepat,hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut percaya akan
apa yang dibicarakan, percaya pada diri sendiri.
Jangan sering menggunakan kata “eh” atau
”emm” dsb. Hal ini menunjukkan kebingungan, ketidaktahuan, serta
ketidakpercayaan dengan apa yang akan dibicarakan, pihak lawan dapat menganggap
remeh orang tersebut.
Santai
dan terbuka
Dalam lobi atau negosiasi,
hubungan yang dibangun merupakan hubungan jangka panjang yang terus dibina.
Sikap santai yang diberikan dapat membuat pihak lawan nyaman terhadap orang
tersebut, kenyamanan inilah yang nantinya dapat menimbulkan hubungan jangka
panjang yang menguntungkan. Ketika seseorang sudah nyaman akan suatu hal maka
ia tidak ingin lepas dari hal tersebut, hal itu jugalah yang akan terjadi.
Sikap terbuka baik salah
satu yang perlu dijunjung tinggi. Keterbukaan dapat menambah hubungan yang
harmonis. Jangan sekali-kali melakukan kebohongan besar yang nantinya dapat
bersifat fatal. Sekali pihak lawan tahu bahwa ia telah dibohongi maka
seterusnya ia tidak akan pernah percaya kembali. Seperti pribahasa
”sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga”, walaupun pandai
berbohong pasti akan ketahuan juga dan sekalinya ketahuan maka dampaknya akan
berkelanjutan.
Terbuka memang sebaiknya
dilakukan, namun tetap saja ada batasan-batasan tertentu seperti jangan sampai
nantinya malah membocorkan rahasia perusahaan atau hal penting lainnya. Contoh
kasusnya antara lain :
Mencoba membual. Membual dengan mengubah
bahasa tubuh, maka hasilnya banyak buruknya daripada baiknya. Jika bukan
seorang actor yang terlatih dengan baik, sulit mengulangi ketidakmampuan tubuh
untuk berbohong. Selalu ada pesan campuran, yang menandakan saluran komunikasi
orang tersebut tidak benar. Ini disebut ‘kebocoran dalam komunikasi’ dan akan
terlihat bagaimanapun juga.
Bersikap kaku. Hal ini membuat pihak lawan
merasa canggung, ada jarak yang terbuat karenanya.
Kebiasaan
Setiap orang pasti mempunyai
kebiasaannya masing-masing. Dalam lobi dan negosiasi, kebiasaan seseorang bisa
menjadi nilai lebih atau bahkan bumerang bagi diri sendiri.
Kebiasaan seseorang yang
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor memang sulit untuk diubah dalam waktu
yang singkat, namun masih bisa dikendalikan pada saat-saat tertentu. Jangan
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik atupun kebiasaan lainnya karena
belum tentu orang lain / pihak lawan menyukainya. Contoh :
Kebiasaan untuk buang angin disembarang
tempat tidak boleh sampai terjadi ketika sedang melakukan lobi dan negosiasi,
hal ini akan membuat pihak lawan marah atau malah sampai menghentikan lobi dan
negosiasi yang sedang dilakukan
Mengetukkan jari pada meja atau kursi.
Mungkin hal ini akan terkesan biasa bagi satu orang,tapi belum tentu bagi orang
lain it menyenangkan, ada yang membencinya karena berisik dan mengganggu. Jadi
sebaiknya dihindari.
Garuk-garuk kepala. Sangat risih untuk
melihat seseorang menggaruk kepalanya ketika sedang bicara beradu argumen dan
bernegosiasi. Garuk-garuk kepala seperti menandakan bingung atau sedang berpikir,
dan juga terlihat tidak sopan.
Congruence
(Kecocokan)
Congruence mempunyai arti
kecocokan, keharmonian, keselarasan, kesesuaian, harmony.
Jika dalam lobi dan
negosiasi terjadi keselarasan/kecocokan maka lobi dan negosiasi dapat berhasil
dengan baik. Kecocokan tersebut harus ditemukan oleh kedua pihak agar
menghasilkan kesepakatan dikedua belah pihak. Ketka kecocokan tersebut tidak
dilaukan maka akan ada yang kecewa, dsb.
Kedua belah pihak harus
saling tau apa yang diinginkan dirinya dan pihak lawan, bagaimana mereka bisa
memberikan jalan tengah atau menjadi sebuah keinginan bersama. Hal ini sangat
baik dalam melobi atau bernegosiasi. Ini harus diperhatikan agar lobi dan negosiasi
mendapatkan hasil yang baik. Contoh :
Sebuah acara mahasiswa ingin mengadakan
seminar, mereka butuh biaya untuk bikin sertifikat, akhirnya mereka melobi
sebuah percetakan untuk memberikan mereka sponsor berupa uang tunai. Percetakan
tersebut tidak dapat memberikan nominal yang besar tapi dapat memberikan
sertifikatnya secara langsung (mencetakkan secara cuma-cuma) dengan syarat logo
percetakan tersebut dicantumkan. Karena mereka sudah saling cocok maka
negosiasi pun berhasil, terjadilah kerjasama diantara kedua pihak tersebut.
"
TEKNIK LOBI DAN NEGOSIASI "
Menurut Stephen Robbins
dalam bukunya “ Organizational Behavior” ( 2001), negosiasi adalah proses
pertukaran barang atau jasa antara 2 pihak atau lebih, dan masing-masing pihak
berupaya untuk menyepakati tingkat harga yang sesuai untuk proses pertukaran
tersebut. Sedang dalam komunikasi bisnis, negosiasi adalah suatu proses dimana
dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan,
bertemu dan berbicara untuk mencapai suatu kesepakatan.
Kapan sebenarnya diperlukan
upaya negosiasi ?
Upaya negosiasi diperlukan
manakala :
1.
Kita tidak mempunyai kekuasaan untuk
memaksakan suatu hasil yang kita inginkan.
2.
Terjadi konflik antar para pihak, yang
masing-masing pihak tidak mempunyai cukup kekuatan atau mempunyai kekuasaan
yang terbatas untuk menyelesaikannya secara sepihak.
3.
Keberhasilan kita dipengaruhi oleh kekuasaan
atau otoritas dari pihak lain.
4.
Kita tidak mempunyai pilihan yang lebih baik
untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi atau mendapatkan sesuatu yang kita
inginkan.
Kapan upaya negosiasi
sebenarnya tidak diperlukan ?
Menurut Arbono Lasmahadi
(2005), upaya negosiasi tidak diperlukan manakala :
1.
Persetujuan atau kesepakatan bukanlah tujuan
yang ingin dicapai oleh para pihak,
2.
Salah satu atau kedua belah pihak berniat
untuk merugikan atau menghancurkan pihak lain.
3.
Negosiator dari salah satu pihak mempunyai
kekuasaan yang terbatas atau tidak mempunyai kekuasaan sama sekali untuk
mewakili kelompoknya dalam negosiasi.
Menurut Marjorie Corman
Aaron dalam tulisannya tentang negosiasi di Harvard Review , dalam melakukan
negosiasi, seorang perunding yang baik harus membangun kerangka dasar yang
penting tentang negosiasi yang akan dilakukannya agar dapat berhasil menjalankan
tugasnya tersebut. Kerangka dasar yang dimaksud antara lain :
Apakah alternatif terbaik
untuk menerima atau menolak kesepakatan dalam negosiasi?
Berapa besar nilai atau
penawaran minimum yang akan dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan?
Seberapa lentur proses
negosiasi akan dilakukan dan seberapa akurat pertukaran yang ingin dilakukan?
Untuk membangun kerangka
dasar tersebut di atas, ada 3 konsep penting yang harus dipahami oleh seorang
negosiator, yaitu :
BATNA ( Best Alternative to
a Negotiated Agreement) , yaitu langkah-langkah atau alternatif-alternatif yang
akan dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai
kesepakatan.
Reservation Price, yaitu
nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan
dalam negosiasi.
ZOPA ( Zone of Possible
Agreement), yaitu suatu zona atau area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan
dalam proses negosiasi.
Dengan pemahaman yang baik
terhadap 3 konsep dasar tersebut diatas , maka para perunding diharapkan dapat
menentukan hal-hal yang ingin dicapainya dalam negosiasi, menentukan besarnya
konsesi yang ingin didapat dan dapat diberikan, menentukan perlu tidaknya
melanjutkan negosiasi, dan melakukan langkah lain yang lebih menguntungkan.
Strategi
Dalam Bernegosiasi
Dalam melakukan negosiasi,
kita perlu memilih strategi yang tepat, sehingga mendapatkan hasil yang kita
inginkan. Strategi negosiasi ini harus ditentukan sebelum proses negosiasi
dilakukan. Ada beberapa macam strategi negosiasi yang dapat kita Pilih, sebagai
berkut :
1. Win-win.
Strategi ini dipilih bila pihak-pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian
masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi
ini juga dikenal sebagai Integrative negotiation.
2. Win-lose.
Strategi ini dipilih karena pihak-pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil
yang sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil. Dengan strategi
ini pihak-pihak yang berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil
yang mereka inginkan.
3. Lose-lose.
Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi
yang tepat dalam bernegosiasi. Akibatnya pihak-pihak yang berselisih, pada
akhirnya tidak mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan.
4. Lose-win.
Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan
manfaat dengan kekalahan mereka.
Taktik
Dalam Negosiasi
Dalam proses negosiasi,
pihak-pihak yang berselisih seringkali menggunakan berbagai taktik agar dapat
memperoleh hasil negosiasi yang diinginkan. Ada beberapa taktik yang umum
dilakukan oleh para negosiator.
Membuat agenda. Taktik ini
harus digunakan karena dapat memberikan waktu kepada pihak-pihak yang
berselisih setiap masalah yang ada secara berurutan dan mendorong mereka untuk
mencapi kesepakatan atas keseluruhan paket perundingan.
Bluffing. Taktik klasik yang
sering digunakan oleh para negosiator yang bertujuan untuk mengelabui lawan
berundingnya dengan cara membuat distorsi kenyataan yang ada dan membangun
suatu gambaran yang tidak benar.
Membuat tenggat waktu
(deadline). Taktik ini digunakan bila salah pihak yang berunding ingin
mempercepat penyelesaian proses perundingan dengan cara memberikan tenggat
waktu kepada lawannya untuk segera mengambil keputusan.
Good Guy Bad Guy .Taktik ini
digunakan dengan cara menciptakan tokoh “jahat’ dan “baik” pada salah satu
pihak yang berunding. Tokoh “jahat” ini berfungsi untuk menekan pihak lawan
sehingga pandangan-pandangannya selalu ditentang oleh pihak lawannya ,
sedangkan tokoh “baik” ini yang akan menjadi pihak yang dihormati oleh pihak
lawannya karena kebaikannya. Sehingga pendapat-pendapat yang dikemukakannya
untuk menetralisir pendapat Tokoh “jahat”, sehingga dapat diterima oleh lawan
berundingnya.
The art of ConcesiĆ³n .Taktik
ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan berunding atas
setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi .
Intimidasi. Taktik ini
digunakan bila salah satu pihak membuat ancaman kepada lawan berundingnya agar
menerima penawaran yang ada, dan menekankan konsekuensi yang akan diterima bila
tawaran ditolak.
Perangkap
Dalam Negosiasi
Menurut Leight L. Thompson
dalam bukunya “The Mind and the Heart of Negotiation”, para perunding sering
terperangkap pada 4 (empat) perangkap utama , yaitu :
1. Leaving
money on table (dikenal juga sebagai “lose-lose” negotiation, yang terjadi saat
para perunding gagal mengenali dan memanfaatkan potensi yang ada untuk
menghasilkan “win-win” solution.
2. Setting
for too little ( atau dikenal sebagai “kutukan bagi si pemenang”), yang terjadi
saat para perunding memberikan konsesi yang terlalu besar, kepada lawan
berundingnya dibandingkan dengan yang mereka peroleh.
3. Meninggalkan
meja perundingan , yang terjadi saat para perunding menolak tawaran dari pihak
lain yang sebenarnya lebih baik dari semua pilihan yang tersedia bagi mereka.
Biasanya hal ini terjadi karena terlalu mempertahankan harga diri atau salah
perhitungan.
4. Setting
for terms that worse than the alternative terjadi saat para perunding merasa
berkewajiban untuk mencapai kesepakatan, padahal hasil kesepakatan yang dibuat
tidak sebaik alternatif yang lain.
Proses
Negosiasi
Berikut proses negosiasi :
Persiapan
Memulai
Langkah strategis
Diskusi dan komunikasi
Melakukan pengukuran :
a. Diri
b. Lawan
c. Situasi
d. Pengembangan strategi
Penutup dan kesepakatan
Pasca kesepakatan
Teknik Lobi dan Negosiasi
Komunikasi bisnis pada level
komunikasi kelompok dan interpersonal dapat berlangsung dalam bentuk lobi dan
negosiasi. Dua bentuk kegiatan komunikasi ini mewarnai kegiatan komunikasi
bisnis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis di mana saja untuk membela kepentingannya.
Namun organisasi lembaga bisnis memiliki publiknya masing-masing yang berbeda
juga kepentingannya maka lobi dan negosiasi menjadi penting
Lobi merupakan kegiatan yang
berupaya agar segala sesuatu berjalan tidak melalui kekuasaan atau koersi
melainkan melalui persuasi. Kegiatan lobi yang dilakukan perusahaan-perusahaan
umumnya mempekerjakan para pelobi profesional atau juga mempekerjakan mantan
pejabat pemerintahan Fungsi lobi adalah untuk melindungi kepentingan
organisasi/lembaga bisnis dengan membuka komunikasi pada pihak pengambil
keputusan. Ada 3 jenis lobi, yaitu sebagai berikut.
Lobi tradisional yang menggunakan pelobi
untuk mendekati pengambil keputusan.
Lobi akar rumput, yang menggunakan
masyarakat untuk mempengaruhi pengambil keputusan.
Lobi Political Action Committee, yakni
komite yang dibentuk perusahaan-perusahaan besar agar wakilnya dapat duduk di
parlemen atau pemerintah.
Sedangkan negosiasi adalah
pembicaraan antara dua pihak atau lebih baik individual maupun kelompok untuk
membahas usulan-usulan spesifik guna mencapai kesepakatan yang dapat diterima
bersama. Fungsi negosiasi adalah untuk menyelesaikan konflik kepentingan dan
permasalahan. Ada 4 jenis negosiasi berdasarkan pendekatan dan gayanya, yakni
(1) berorientasi bargaining, (2) berorientasi kalah-kalah, (3) berorientasi
kompromi, dan (4) berorientasi menang-menang/ kolaboratif.
Baik lobi maupun negosiasi
merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan keterampilan komunikasi.
Keterampilan komunikasi tersebut mencakup mulai dari menulis, meneliti,
mengilustrasikan sampai berbicara. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan pakar
komunikasi, apabila Anda ingin mengubah dunia maka Anda harus menguasai
keterampilan berkomunikasi.
Teknik
Lobi
Teknik melakukan lobi tidak lepas
dari kegiatan lobi memberi informasi dan mempersuasi. Sebelum sampai pada
persoalan teknis, kita membahas terlebih dulu 4 bentuk organisasi lobi. Keempat
bentuk tersebut adalah (l) perhimpunan, (2) perusahaan perorangan, (3) yayasan,
dan (4) koperasi. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Namun di
Indonesia, kegiatan lobi belum terorganisasikan secara profesional, melainkan
masih dilakukan oleh orang-per orang.
Tahapan lobi dimulai dari
(1) pengumpulan fakta, (2) interpretasi terhadap langkah pemerintah, (3)
interpretasi terhadap perusahaan, (4) membangun posisi, (5) melemparkan berita
nasional, dan (6) mendukung kegiatan pemasaran. Dari dimensi hubungan
manusiawi, teknik lobi tersebut adalah:
menganalisis iklim;
menentukan lawan dan kawan;
mengidentifikasi kelompok kecil yang akan
menentukan iklim opini;
membentuk koalisi;
menetapkan tujuan;
menganalisis dan mendefinisikan penyebab
kasus;
menganalisis berbagai macam segmen
khalayak;
memperhitungkan media;
mengembangkan kasus;
menjaga fleksibilitas.
Secara lebih teknis
langkah-langkah lobi dilakukan dengan (1) mengetahui motif-motif orang yang
terlibat dalam lobi, (2) mewaspadai jebakan, (3) menetralisir sikap lawan, (4)
memperbesar situasi media dan menyusun rancangan pendekatan media.
Teknik
Negosiasi
Dalam menjalankan teknik
negosiasi kita mengenal 4 pendekatan, yakni bargaining, kompromi, kalah menang
dan menang merang. Namun yang paling ideal dalam kegiatan bisnis adalah
negosiasi yang berorientasi pada situasi menang-menang”. Oleh karena selain
berorientasi terhadap pemecahan masalah, juga berorientasi pada terpenuhinya
kepuasan kedua belah pihak dan tercipta dan terpelihara hubungan jangka panjang
yang harmonis. Dalam “menang-menang” pihak lain tidak dipandang sebagai lawan
melainkan sebagai mitra bisnis.
Akan tetapi, tidak setiap
situasi memungkinkan kita untuk melakukan negosiasi yang berorientasi pada
situasi “menang-menang”. Ini terjadi manakala terjadi konflik kepentingan
dengan pihak lain dan pihak lain berupaya menggunakan pendekatan negosiasi
kalah-menang”. Selain itu, hubungan harmonis jangka panjang tidak
diperhitungkan dan jika kita merasa cukup kuat untuk melakukan barganing.
Pilihan terhadap pendekatan
dan gaya negosiasi bergantung pada situasi yang dapat dikelompokkan dalam 4
kategori:
kerja sama vs kompetisi;
kekuasaan vs kepercayaan;
distorsi komunikasi vs keterbukaan;
egois vs kepentingan bersama.
Posting Komentar untuk "Tips dan Trik Agar Sukses LOBI dan NEGOISASI"